Minggu, 15 November 2015

Jan Kompeni - C.R Boxer


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Identitas Buku
Buku ini ditulis oleh C.R. Boxer. Buku ini  merupakan buku cetakan pertama yang diterbitkan oleh penerbit Sinar Harapan pada tahun 1983. Buku ini juga merupakan terjemahan dari buku yang berjudul Jan Compagnie in War and Peace 1602-1799 A Short History of the Dutch East-India Company yang dialih bahasakan oleh Bakri Siregar. Sampul dirancang oleh Ade Noor Riyadhi. Sampul buku ini berwarna coklat dan kuning dengan gambar perahu, bagian peta Nusantara, dan gambar koin yang menyatu dengan potongan surat berbahasa Belanda.
Buku ini berisi sebanyak 160 halaman yang didalamnya memuat sebanyak VI bab juga disertai dengan beberapa gambar untuk memperjelas isi bacaan. Ukuran buku kurang lebih panjangnya 20,5 cm, lebar 14,5 cm, dan tingginya 1 cm. Buku yang kami kaji ini merupakan hasil pinjaman dari salah satu dosen Sejarah Kolonial Barat di Indonesia yaitu Bapak Moch Eryk Kamsori, buku ini juga merupakan referensi tugas mata kuliah tersebut.


BAB II
ISI
2.2 Tahun-Tahun Emas Gubernur Jendral Maetsuyker (1653-1678)
Pencapaian kedudukan Maetsuyker dalam VOC dimulai pada tahun 1636 ketika Maetsuyker sampai di Batavia dengan memegang jabatan sebagai Penasihat Dewan Kehakiman, tugasnya adalah mengkodifikasi kumpulan undang-undang yang berlaku yang diberi nama Undang-Undang Batavia. Dia diangkat menjadi Direktur Jendral di Batavia pada bulan Okober 1650 dan selanjutnya dengan meninggalnya Gubernur Jendral Cornelis Reyniersz dia diangkat oleh Heren XVII menjadi Gubernur Jendral pada bulan Mei 1653 dengan alasan bahwa Maetsuyker dianggap sebagai seorang yang bijaksana dan berani sehingga Heren XVII memberikan dukungan penuh sampai dia meninggal Apa pun kegagalan-kegagalan pribadinya, di mata Heren XVII kecakapan administratif dan birokrasi Maetsuyker  bisa menutupi semua kegagalan pribadinya tersebut.
Pada sejarah kepemimpinan VOC, Metsuyker merupakan Gubernur Jendral yang berkuasa paling lama yaitu 25 tahun. Boxer menggambarkan bahwa VOC memiliki lebih dari 140 kapal dan 25.000 orang tercantum dalam daftar gaji pada tahun 1664 sehingga dapat dikatakan masa jabatan Maetsuyker berbarengan dengan tahun-tahun emas dan berwibawa dari VOC.
Banyak peristiwa yang terjadi selama masa jabatan Maetsuyker, berakhir permusuhan dengan orang-orang Portugis dan Inggris. Namun peristiwa ini ternyata menguntungkan bagi VOC. Maetsuyker berhasil merebut Srilanka dan Malabar dari Portugis pada tahun 1653-1663 dengan bantuan serdadunya yaitu Rijckloff van Goens, ada beberapa pertahanan Portugis yang melakukan perlawanan yang kuat, termasuk Colombo (1655-1656) dan Cochin (1662-1663), namun pada daerah lainnya dapat dengan mudah dijatuhkan. Faktor kekalahan Portugis dalam bidang militer sebenarnya terletak pada orang Portugis itu sendiri, mereka kekurangan tenaga kerja, kapal, dan sumber-sumber bantuan. Selain itu Portugis tidak disiplin dan lalai dalam mengambil kesempatan-kesempatan yang mereka miliki akibatnya Belanda memanfaatkan kelalaian mereka sehingga dengan mudah mengambil alih kesempatan yang ada. Perjuangan yang lama antara Portugis dan Belanda berakhir dengan keuntungan bagi Belanda. Walaupun sebagian pedagang Portugis masih terdapat di Timor, Solor dan Flores akan tetapi hal ini bukanlah ancaman besar bagi perluasan kekuasaan VOC di Indonesia.
Ketiga perang Inggris-Belanda pada tahun 1652-1654, 1665-1667, dan 1672-1674 berakhir dengan kemenangan bagi Belanda, namun Belanda harus kehilangan pulau St. Helena pada tahun 1673. Selanjutnya Maetsuyker menaklukan Makassar pada tahun 1667 dengan bantuan serdadunya yaitu Cornelis Speelman dimana dia adalah teman pribadi Arung Palaka, dengan pendudukan VOC atas Makassar ditutuplah jalan terobos utama yang biasa dipakai untuk menyelundupkan cengkeh oleh orang Portugis, Inggris dan Denmark. Pada tahun 1674 Belanda secara istimewa berhasil mengukuhkan pulau Banda sehingga Belanda bisa memonopoli harga pala. Datang ancaman baru dari angkatan laut Perancis pada tahun 1672-1676. namun  Belanda dapat memukul mundur mereka.
Dalam Bab ini Boxer menjelaskan adanya upaya Maetsuyker untuk memasukkan sistem pendidikan yang lebih baik yang diperuntukkan bagi anak-anak Belanda di Batavia namun akhirnya gagal karena langkanya sekolah yang cukup baik dan kurangnya jumlah rohaniawan yang bisa secara intensif menemani dan bergaul dengan anak-anak setiap harinya. Selanjutnya Maetsuyker mendirikan percetakan di Batavia pada tahun 1668, hasil dari percetakan ini adalah karya-karya yang dianggap dapat menunjang anak-anak menjadi seorang yang berpendidikan, contohnya diterbitkannya dua buku pelajaran sekolah latin yaitu De Fabels van Aesoop (Fabel-Fabel Aesoop) dan Zeede-Sangen voor de Bataviasche Jongkheijt (Nyanyian Akhlak untuk Remaja Batavia) oleh Steendam pada tahun 1671.
Satu-satunya kemerosotan pada masa jabatan Maetsuyker adalah ketika Kongxinga merebut benteng  Zeelandia dan Formosa dari Belanda pada tahun 1661-1662. Maetsuyker tidak bisa terbebas dari kesalahan besar yg telah  dia perbuat, namun ia masih bisa menghindar dengan cara mengkambing hitamkan Frederick Coyet yaitu gubernur VOC terakhir  di Formosa, padahal Coyetlah yang memperingatkan Maetsuyker tentang bahaya yang ditimbulkan oleh Kongxinga namun Maetsuyker dan dewan di Batavia sama sekali tidak menanggapi peringatan tersebut. Karena itulah Coyet divonis hukum mati namun diperingan dengan hukuman pengasingan ke pulau Banda atau Pulo Ay. Dengan bantuan Willem III ia dibebaskan dan membuat sebuah pembelaan, sayangnya kehilangan Formosa bukan lagi hal yang diperhatikan oleh Heren XVII karena Formosi tidak lagi menguntungkan bagi mereka.
Walaupun VOC belumlah merupakan kekuasaan teritorial yang besar di Asia pada waktu meninggalnya Maetsuyker pada tahun 1678, namun ia telah berhasil menguasai Jawa, Srilanka dan Afrika Selatan.
2.3  Keseimbangan Perang dan Perdagangan yang Beralih (1680-1740)
Seratus tahun setelah berdirinya VOC pada tahun 1702, VOC bahkan sudah menghasilkan pelah mendapatkan keuntungan secara ekonomi dan pertambahan kekuasaan wilayah-wilayah jajahannya. Herren xviii merayakan hari jadi yang ke seratus  ini dengan bahagia baik dalam rohani dan jasmani. Penampilan luar VOC adalah Loffelycke Compagnie (Kompeni yang terpuji) yang sebelumnya tidak pernah makmur namun demikian kuat. Kesejahteraan niaganya dibuktikan dengan tibanya tujuh belas buah kapal Hindia dengan muatan yang banyak, namun bersamaan dengan perang yang baru pecah dengan Perancis dan Spanyol. Medali-medali yang terbuat dari emas dan perak akhirnya dibuat sebagai peringatan, untuk kemudian dibbagikan kekalangan pengurus dan pejabat senior pemegang saham yang terkemuka. Medali ini menggambarkan Loffelycke Compagnie  berlatarkan patung yang bertahta agung di bagian depan bagaikan sebuah kapal dagang yang berlayar melalui tiang-tiang Hercules di bagian belakang, ditambah dengan inskripsi bahasa latin yang sesuai.
Sebelum tahun 1702 sebenarnya VOC telah mulai mengalami kemunduran kualitas baik kualitas kapal-kapal maupun anggota awak kapal/pelaut.
1.      Dividen-dividen tahunan yang berlebihan dan kapal-kapal Hindia yang kaya dengan muatan namun berbeda dengan struktur kompeni yang digerogoti.
2.      Sementara kapal Hindia Pon pada umumnya 24 pon, kapal-kapal abad ke delapan belas terutama bersenjatakan 18 pond atau dibawahnya. Kapal-kapal ukurannya besar namun kurang bisa digerakkan.
              Gubernur Jenderal Camphuis dan dewannya di Batavia memberikan pendapat kepada Heren XVII (10 Des 1690) bahwa telah terjadi penurunan kualitas mutu kapal Hindia-Belanda yang kembali selama dekade terakhir. Selain itu galangan-galangan yang di negeri Belanda tidak memperbaiki kapal-kapal dengan baik. Empat belas tahun kemudian, para penguasa di Batavia memberitahukan kepada Heren XVII  bahwa sementara dalam tahun 1647 VOC memiliki 124 kapal, besar dan kecil di Asia dan berkurang sehingga menjadi 81 kapal dalam tahun 1704.
            Penurunan kualitas awak kapal/pelaut juga terjadi karena pada saat itu jumlah anggota awak kapal belanda sangat kurang sehingga menimbulkan masalah, bukan hanya itu rekrutmen awak kapal dengan melibatkan warga asing tidak sesuai ekpektasi karena nama yang didaftarkan tidak sesuai dengan orang yang menjadi anggota karena di manipulasi datanya.
            beberapa tahun sebelumnya Heren XVII telah memberi peringatan akan praktek para calo yang merekrut pelaut untuk masuk dinas kompeni. Persyaratannya yaitu: dengan memajukan orang yang fisiknya tegap tetapi didaftarkan dengan nama lain, lalu diganti orang dengan nama aslinya tapi tubuhnya kurus kering dan loyo (13 Feb 1679). Para perwira pun dari armada tujuh kapal yang kembali pulang dalam bulan Maret 1683 tidak bebas dari cacat-cacat, diantaranya kebiasaan minum dan mabuk-mabukan, turun kedarat tanpa izin , melalaikan tugas di kapal dan kesalahan-kesalahan yang serupa.
Professor Milo dalam tahun 1946 menyatakan bahwa prestasi mengecewakan dari kapal-kapal VOC dan para nakodanya terhadap eskader Prancis jauh lebih kecil namun pelyanan lebih baik dalam tahun 1696 jelas membuktikan bahwa norma mulai dilupakan, Kapal-kapal EIC melayani rute pergi dan pulang lebih cepat dibanding kapal Belanda, sehingga disebut angka kematiannya lebih rendah. Angka kematian pihak Belanda mungkin akan lebih buruk lagi karena kapal-kapal mereka tidak teratur singgah di Tanjung Harapan , lalu di penginapan laut Hindia awak kapal terserang penyakit skorbut yaitu sariawan usus, baik pada perjalanan pergi maupun pulang, dipulihkan kesehatannya dengan sayur dan buah-buahan yang segar.Pada dekade yang sebelumnya, ikatan-ikatan disiplin menjadi longgar diakibatkan oleh kapal karam. Maka para perwira pun kehilangan kendali atas anak buah mereka.Dalam bulan November di Batavia kandas di karang Paracells lepas dari pantai Vietnam.
Nicholaus de Graaf melukiskan suatu pesta tahun baru yang diadakan di geladak kapal VOC Naaldwijk pergi ke Makau pada tanggal 1 Januari 1685 disana mereka meminum minuman keras, lalu menari dan berjingkrak-jingkrak hingga mereka lelah apalagi sedang mabuk. Bukan hanya VOC yang menggemari hal tersebut ternyata EIC kelihatan menyukai pula arak buatan Cina.Walaupun Belanda dan Inggris bersekutu terhadap Prancis di Eropa sejak tahun 1689, persaingan perdagangan di timur masih berlanjut. Namun sebelum masa ini, keluhan-keluhan utama datang dari orang Inggris, kira-kira pada tahun 1680 karena Belanda adalah musuh dalam selimut. Dalam suatu ledakan Heren XVII dalam bulan Desember 1688, adanya agresi Inggris dan tindakan sewenang-wenang telah menjadi hal yang tak bisa dibiarkan. Mereka juga mengeluh, bahwa di Batavia sekalipun, mereka mengharapkan diterima, tindakan mereka seolah-olah mereka memiliki tenpat itu, dengan menghina dan menghasut pejabat-pejabat maupun warga kota, tanpa memperdulikan kedaulatan Belanda.
Awal permusuhan antara abdi-abdi VOC dan EIC bermula dari dikuasainya Banten oleh Belanda dalam tahun 1682, yang segera disusul oleh pengusiran pedagang Inggris, Demark dan Portugis yang bermukim disana, persis yang terjadi di Makassar. Heren XVII mengharapkan bahwa dengan didirikan suatu EIC yang baru dapat bersaing dengan EIC yang lama, hal ini bisa jadi menjadi penghambat bagai perdagang Asia dan Inggris pada umumnya. Namun, mereka salah perhitungan dalam tahun 1701 kedua maskapai Inggris yang bersaingan ini memiliki  60 kapal dalam pelayaran mereka. Persaingan ini mematikan dan selanjutnya tidak lama adanya, karena antara tahun 1702 dan 1709 kedua maskapai dagang itu bergabung.
Para penyeludup Inggris atau pedagang pedalaman terus berkembang. Ekspor emas dan perak pun diadakan karena dari Inggris ke Asia melewati tanjung Harapan antara 1698 sampai 1803 seluruhnya berjumlah 3.171.404 poundsterling perak dan 128.229 poundsterling emas. Nilai re-ekspor ke Eropa dan Amerika dua kali lipat lebih daripada nilai emas dan perak sebelumnya, seperti dinyatakan oleh dua juru bicara maskapai yang bersaingan kepada para pengecam perdagangan yang banyak jumlahya dan bersikap bermusuhan.
Kerajinan India tahun 1690-an telah membanjiri Inggris dengan begitu banyak ekspor dari Asia lainmua, hingga industri wol yang penting menjadi sangat terpukul. Sesudah perbedaan yang sengit dalam parlemen pula ada juga para penenun yang turun kejalan dan menimbulkan keributan. Akhirnya munculah undang-undang dalam tahun 1699 yang menetapkan bahwa sejak hari St.Mikael (29 September 1701) semua yang berhubungan dengan kerajinan tekstil harus ditumpuk di gudang-gudang sampai pada saat akan di re-ekspor sehingga tidak ada dari barang-barang tersebut yang digunakan sebagai pakaian atau hiasan di Inggris, dengan ancaman akan disita atau dekenakan denda tinggi.
Dalam tahun 1697, VOC mengimpor dari Asia barang-barang seharga beli 5.4 juta gulden. Dari jumlah ini, Bengala memberikan tidak kurang dari sepertiga, setengahnya terdiri dari sutera dan katun Bengala. Para penenun dan industrialis tekstil Belanda tidak memiliki cara yang efektif dalam hal ini untuk mengendalikannya.Tidak ada pembatasan-pembatasan hukum yang dikenakan terhadap penggunaan kain dan tektil timur di negeri Belanda Utara. Tetapa oleh EIC yang sama halnya VOC yang bisa besar-besaran mengimpor dari timur. Entah dire-ekspor dari Amsterdam entah dari London akhirnya barang-barang ini disebarkan ke seluruh Eropa.
Peralihan yang menentukan dalam sifat ekspor-ekspor ke Eropa lewat tanjung Harapan terjadai dalam masa 1680 -1690. VOC dan EIC tidak lagi memusatkan diri pada bahan-bahan mentah (seperti merica, nila dan rempah-rempah) dan barang-barang kasar, tetapi pada tekstil-tekstil dan buatan pabrik yang lebih halus dan kain-kain tenunan. Kamar dagang Amsterdam dari VOC, yang menanggulangi setengah lebih impor barang-barang potongan kompeni.Terlihat bila mana nilainya naik malahan lebih daripada kuantitasnya. Hal ini disebut gila India  di Eropa pada abad ke-17, meskipun berbeda bentuknya. Sutera dan tekstil Cina memainkan peranan, namun tekanan utama dan yang kian bertambah terletak pada teh dan porselin, lebih khususnya pada teh. Perdagangan di Cina merupakan tujuan pokok bagi VOC dan EIC, karena mereka ingin bersaing dengan orang Portugis di Makau dan orang Spanyol di Manila dalam menyadap harta kekayaan kerajaan Cina. Yang semarak.

Penaklukan oleh Manchu, yang mulai menjadi gangguan yang cukup hebat pada tahun1644, lalu didahului oleh pemberontakan tani besar-besaran, dan disertai ole pembunuhan.Para pesaing Eropa ini tidak terbatas pada orang dan orang Prancis, tetapi dalamnya termasuk juga sekumpulan campuran macam-macam orang yang dikenal sebagai orang Ostende. Maskapai Hindia timur kerajaan di Ostende dilindungi oleh kaisar Austria Karel VI, dan dalam abdi-abdinya termasuk orang Belanda, Inggris, Skot dan Ir yang membelot dan menyelundup. Kegiatan mereka terutama Bengala dan Cina, menimbulkan amarah EIC dan VOC akhirnya pengurusnya mengajak pemerintah masing-masing melalui kegiatan diplomatik dan bersekongkol menghadapi saingan-saingannya yang tidak disukai ini. Akhirnya pada tahun1727 kegiatan maskapai Ostende dihentikan lalu dibubarkan 1731-1732.
Sesungguhnya, pergundikan jadi kebiasaan umum  bagi semua orang Eropa yang tidak menikah dengan orang Timur dan bagi banyak pria yang sudah menikah di antara Goa dan Portugis di Batavia lalu dikecamlah oleh orang Belanda. Nicholaus de Graaf kebanyakan hal yang melakukan itu adalah orang yang peramah dan toleran, melampiaskan prasangka rasialnya ketika ia mencela gadis berkulit berwarna yang sempat menikah dengan orang serdadu, pelaut, atau pekerja tangan Eropa dengan mengatakan mereka sebagai orang hitam yang bau, dan Pernikahan yang sah demikian bukan dikenal dilingkungan masyarakat yang lebih tinggi, seperti nyata dari suatu penelitian tentang daftar-daftar pernikahan Batavia.
Dalam tahun 1729, Pieter Vuyst mengatakan bahwa kelahiran Indo-Eropa, didirikan di Leiden dan bekas Gubernur Srilangka di Batavia saat dihukum mati. Masa pemerintahannya selama tiga tahun di pulau itu berlangsung dengan kekejaman dan pembunuhan atas puluhan orang. Demikian pada waktu itu gemar menyebut pulau itu, kesultanan banten pada tahun 1682-1684 dibawah penguasaan VOC, dan para pedagang Eropa yang bermukim disana diusir. Tapi Inggris masih tetap terlibat disana. EIC akhirnya sudah mendapat jalan masuk de daerah-daerah penghasil merica di Sumatera dari markas besarnya di Benteng Marlbrough, Bengkulu (1684). Inggris akhirnya bisa mengimpor merica ke London pada tahun 1736, kompeni sama banyaknya dengan yang diterima oleh Kompeni Belanda dari seluruh Indonesia.
Kepentingan sesungguhnya dari penaklukan kota Banten oleh VOC adalah bahwa hal ini mencekik pembangunan armada dagang pribumi, yang diusahakan oleh Sultan membangunnya dengan bantuan armada dagang pribumi, yang dibantu oleh pedagang dan pelaut Eropa. Keterlibatan Belanda dalam urusan-urusan kesultananMataram mencapai tahapanya yang kritis pada tahun 1740. Dengan itu terungkap pula segi kelemahan senjata militer Kompeni, dibandngkan dengan masa Rijckloff van Goens yang tua, dan Cornelis Speelman, Francois Valentjn yang sangat bertentangan dengan kehendaknya sendiri menyertai suatu ekspedisi militer sebagai pendeta melawan tentara Surapati di Jawa timur 1706. Merasa muak akan komposisi pasukan yang lamban ini, yang teridiri dari ratusan orang serdadu dan orang Madura, rombongan gadis dan penari gunik serta kelompok-kelompok pengangkat barang dan pengikut-pengikut semuanya melimpahkan anggur bir dari Belanda kepada mereka, tetapi yang sangat kurang dari semuanya adalah air minum yang bagus. Belanda tidak secara konsekuen melaksanakan politik divide et impere di Mataram seperti yang dilakukan di Tidore, tetapi percekcokan dalam negeri antara keluarga-keluarga kerjaan membuat setiap usaha untuk mengkukuhkan Sultan menjadi lenuyap dan khayal.
Keruntuhan Mataram terjadi selama masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwono II (1726-1749) yang penuh dengan kesulitan dan pemberontakan orang Cina 1740 merupakan katalisator untuk itu.Imigrasi orang Cina secara ilegal makin bertambah selama empat dasawarsa pertama dari abad ke delapan belas, sementara pemerintah Batavia mengambil sikap ragu terhadap orang Cina. Di satu pihak mereka merupakan tenaga kerja yang rajin dan terampil. Dipihak lain mereka sebagai pedagang, peminjam uang dan pemilik toko, mereka menghisap atau dituduh penghisap oleh masyarakat kulit putih, Indo-Eropa dan pribumi yang lebih miskin. Tidak disangkal, bahwa terdapat unsur kriminal di dalam kalangan imigran ilegal, barangkali bukan merupakan nsur besar namn adajuga dalam bulan Juli 1740 pemerintah melakukan upaya yang kurang bijaksana untuk mengumpulkan semua imigran ilegal dan orang-orang lain yang tidak diinginkan dengan tujuan untuk membuang mereka ke Srilangka atau ke Tanjung Harapan. Gerakan ini tidak menambah kecurigaan antara orang Cina dan orang Belanda sekitarnya, dimana pengangguran meluas, desas-desus yang tidak menyenangkan beredar, yang menbambah ketegangan dan kegelisahan sehingga bebrapa orang Cina menyebrang di daerah sekitarnya segera bangkit berontak dalam minggu kedua bulan Oktober. Perisriwa ini lalu mengakibatkan dibunuhnya secara besar-besaran penduduk Cina yang damai dan patuh kepada aturan di Batavia.
Pasukan Militar VOC tidak menunjukkan peranan yang hebat dalam perang  tahun 1740-1743. Demikian pula dapat dikatakan tentang penampilan mereka di Srilanka, adanya perang perbatasan sebentar berlangsung dengan kerajaan dalam Kandiy dalam tahun 1730-an yang umumnya menguntungkan . Demikian pula, pada tangal 10 Agustus 1741, Martanda Varma raja tempura Colachel, sehingga VOC terpaksa membuang gagasan untuk mendesakkan monopoli merica di Malabar. Keadaan di persatuan Provinsi-provinsi Belanda selama dasawarsa keempat abad kedelapan belas juga tidak sangat meyakinkan. Skandal seks sodomi (dengan hewan) yang meanda dari tahun 1730 dan 1740, bencana-bencana banjir dalam tahun 1731, kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh cacing kapal yang bersarang di tiang-tiang penyangga bendungan-bendungan, dan misum dingin yang dahsyat dalam tahun 1739-1740.
Semua faktor ini bergabung menjadikan dasawarsa ini posisi keuangan VOC menjadi makin gawat sesudah tahun politik keuangan VOC jadi semakin gawat sesudah tahun1736, dengan pinjaman-pinjaman yang berat guna mempertahankan politik kebijakan dividen tahunannya yang tinggi, dan untuk membayar perlengkapan-perlengkapan tahunan armada Hindia, Kendatipun ada rasa bangga dan optimisme yang yang dinyatakan dalam inskripsi pada medali peringatan tahun 1702, tiga puluh tahun kemudian VOC menempuh jalan turun, secara bangga dan optimisme yang dinyatakan turun secara ekonomis dan militer.




2.4   Runtuh Lantaran Korupsi ? (1741-1799)
Pada pembahasan bab terakhir ini adalah keruntuhan VOC. VOC sering dikatakan runtuh karena korupsi yang dilakukan oleh para pegawainya. Dalam buku ini dijelaskan berbagai sebab keruntuhan VOC yang ternyata kebanyakan dilakukan oleh para pegawainya, termasuk korupsi. Didalamnya juga banyak terdapat pendapat para tokoh yang telah mengkaji mengenai VOC. Oleh karena itu dalam buku ini diterangkan keruntuhan VOC dengan rinci serta kejdian yang mengiringinya.
J.C Van Leur dan W. Coolhas meyakinkan dan mengemukakan bahwa korupsi bukanlah sebab utama keruntuhan dan kejatuhan kompeni. Nyatanya korupsi adalah hal utama yang memang menajdi sebab kejatuhan VOC. Mereka mengatakan bahwa pada masa itu EIC yaitu kongsi dagang milik Inggris juga sedang dilanda korupsi yang sedang berkecamuk sama hebatnya dengan VOC. Ditambah lagi dengan penyuapan dan korupsi, patronase dan main pengaruh yang dianggap sebagai kenyataan hidup dalam rezim lama dan sama sekali tidak punah. Hal-hal tersebut sangat berkaitan dengan kejatuhan VOC oleh anggotanya sendiri.
Pieter Van Dam yang hampir lima puluh tahun berpengalaman dalam administrasi dan bidang keuangan Kompeni mengakui dalam Beschrijving (penjelasan) yang disusun secara rahasia untuk dibaca oleh Heren XVII mengatakan bahwa para abdi kompeni harus berusaha hidup dalam gaji mereka yang sangat terbatas. Para abdi mereka juga memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi dan bisa saja gaji mereka sebagai pegawai VOC tidak mencukupi itu. Keadaan ini mendorong seseorang menutup mata dalam menjalankan tugasnya. Hal seperti ini menyebabkan seseorang melakukan korupsi untuk memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi perlakuan korupsi diantara anggotanya itu terbagi dalam beberapa level. Tergantung dari tingkat berat atau tidaknya korupsi yang dilakukan.
Korupsi yang dilakukan oleh kompeni-kompeni kecil dan instasi bawahan VOC adalah dengan melakukan penyogokan dan pemerasan. Ini tergolong korupsi kasar dan jauh jangkauannya. Akan tetapi parapejabat VOC melakukan korupsi dengan menyelundupkan barang-barang daganya secara illegal untuk diangkut dalam kapal angkut barang kompeni sendiri.  Dengan kata lain para pejabat VOC dengan pintarnya mengelabui majikan mereka sendiri untuk menumpuk keuntungan dan kekayaan. Bahkan sebagaian besar Gubernur Jenderal berhenti dari jabatannya sebagai orang kaya raya. Yang pasti kekayaan itu bukan dari tabungan mereka.
Dalam buku ini diterangkan bahwa selain korupsi, penyelundupan barang juga salah satu sebab yang menyebabkan runtuhnya VOC. Banyak dari para pegawai tingginya yang melakukan penyelundupan barang bersama barang dagang yang memang seharusnya. Hal ini seperti hal yang lumrah bagi para petinggi VOC. Kegiatan ini bisa menajdi senjata dalam menimbun kekayaan seperti yang dituliskan diatas. Dengan penyelundupan ini mereka seperti membangun usaha sendiri.
Penyebab selanjutnya berasal dari perekrutan pegawai dari VOC sendiri. Nyatanya pemilihan pegawai mereka sendiri bukan berdasarkan pada kemampuan, prakarsa, atau pengalaman yang memadai. Akan tetapi pemilihan adalah berlangsung berdasarkan pengaruh orang tertentu, patronase, hubungan keluarga dan senioritas. Hal ini sudah tercantum dalam perjanjian-perjanjian yang bersifat mengikat berdasarkan hukum dimana ditentukan bahwa keluarga setempat yang berpengaruhlah yang secara sepakat untuk secara bergantian dari masing-masing pihak menentukan calon untuk jabatan-jabatan lokal dan provinsi yang memang kosong. Tentu saja hal ini membatasi pelaksanaan patronase pada kelompok-kelompok oligarki yang relative kecil dan hal ini juga tentulah menjadi rintangan bagi mobilitas sosial untuk bergerak naik. Atas dasar itulah dianggap aneh apabila mereka Heren XVII dan Mahkamah Pengurus mengeluh akan ketidakmampuan, korupsi dan ketidakjujuran yang dilakukan oleh para abdinya di Timur.
Sebab lainnya disampaikan oleh J.C Van Leur bahwa penyebab yang penting dari runtuhnya VOC adalah sebab lemahnya angkatan laut. Hal ini terjadi karena tingginya angka kematian di kapal-kapal yang disebabkan oleh penyakit yang menjadi akut dalam perempat akhir abad ke delapan belas. Tidak ada dokter yang dapat menjelaskan gejala penyakit ini secra detail, walau penyakit itpus kapal dianggap berhubungan. Karena hal ini mereka kekurangan tenaga pelaut yang terampil. Akibatnya para calom kompeni merekrut orang yang lemah fisik dan kadang-kadang sakit. hal inilah yang menajdi ratapan dan keluhan tentang pelaut yang tidak berpengalaman yang keluar selama seabad lamanya. 
Kemerosotan mutu awak kapal VOC dimungkinkan adanya hubungan dengan banyaknya kapal karam terutama dalam kalangan kapal Hindia Belanda yang berlayar dari Texel yaitu kapal Amsterdam dan Akerendam karam dalam perjalanan dikarenakan Bandai. Dalam kapal ini juga terdapat ribuan mata uang perak dan mata uang emas yang berasal dari bangsa lain,hal ini menunjukan bahwa pihak VOC sangat sering melakukan hubungan dengan Negara atau pihak lain.
Beberapa peristiwa yang terjadi di asia yang menyebabkan ke merosotan VOC di Asia menjadi pembahasan di negri Belanda, mengenai apa yang harus atau dapat dilakukan untuk memperbaiki. Para pembela kompeni menyatakan bahwa kerugiannya sudah muali berkurang. Mereka mengatakan, bahwa hutang ini sebenarnya bisa dihilangkan bila VOC tidak terlibat dalam perang Belanda-Inggris yang membawa bencana yang berlangsung pada 1780-1783. Dengan pulihnya keamanan, VOC dapat kembali kepada politikyang terdahulu seperti pinjaman-pinjaman jangka pendek.
Dalam masa ini tidak kurang rencana-rencana dan proyek-peoyek untuk reorganisasi struktur VOC  yang sedikit drastis. Tetapi tak ada satu pun yang sebenarnya terjadi ketikaa dalam tahun 1795 sesudah serbuan Prancis,mengubah seluruh keadaan.sesudah banyak pembahsan selanjutnya tentang garis-garis yang lebih besar,para penyusun Konstitusi Republik dalam bula mei 1978, mengumumkan bahwa pada masa habis berlakunya Piagam Kompeni. VOC akan segera dibubarkan dan semua utangnya dan piutangnya diambil alih oleh Negara.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kritik Internal
Secara internal, menurut kajian kelompok kami kelemahan buku ini terdapat pada pemaparan materinya. Sebelum diterjemahkan dalam bahasa Indonesia buku ini sebenarnya berbahasa Inggris, setelah itu barulah diterjemahkan kedalam bahasa Belanda, sampai kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia melalui buku dengan bahasa Inggri. Setelah diterjemahkan dapat diketahui bahwanya bahasa yang digunakan dalam buku ini cukup sulit untuk dipahami. Dalam prakteknya jika membaca buku ini pembaca perlu untuk memahami dan menangkap secara tepat materi yang berusaha disampaikan oleh penulis. Penggunaan sturktur kalimat yang kurang sempurna dengan karya penulisan yang berlaku saat ini menjadi salah satu penyebab sulitnya buku ini dipahami oleh pembaca. 
Selain struktur penulisan,  penyampaian peristiwa oleh penulis dan gaya penulisan  dinilai kurang kronologis sehingga menyebabkan pembaca mengalami kesulitan dalam memahami dan mengikuti alur peristiwa yang disampaikan. Sebagai penulis buku sejarah, seharusnya penulis bisa menyampaikan atau menjelaskan  materi dari tiap bab secara berurutan atau kronologis,  sehingga pembaca tidak merasa kebingungan dalam memahami buku ini dan memang seharusnya penulis buku sejarah menuliskan sejarah secara kronologis.
3.2 Kritik Eksternal
Jika dikritik secara eksternal, buku ini memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama yang bisa dilihat adalah dari bentuk luar atau fisik dari buku ini sudah rapuh dan hal itu bisa dilihat dari halaman-halaman buku yang hampir terlepas. Kertas yang dipakai juga sudah menguning dan sering berdebu. Beberapa ada yang robek dan sampulnya juga sudah mulai terlepas.  Kelemahan selanjutnya yaitu bahwa penulis buku ini tidak memihak pada Belanda atau pun VOC.  Hal itu terjadi mungkin saja karena penulis berlatar belakang Inggris.  Sehingga cendrung tidak memihak pada pihak Belanda ataupun Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar