BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Identitas Buku
Buku
ini ditulis oleh C.R. Boxer. Buku ini
merupakan buku cetakan pertama yang diterbitkan oleh penerbit Sinar
Harapan pada tahun 1983. Buku ini juga merupakan terjemahan dari buku yang
berjudul Jan Compagnie in War and Peace
1602-1799 A Short History of the Dutch East-India Company yang dialih
bahasakan oleh Bakri Siregar. Sampul dirancang oleh Ade Noor Riyadhi. Sampul
buku ini berwarna coklat dan kuning dengan gambar perahu, bagian peta
Nusantara, dan gambar koin yang menyatu dengan potongan surat berbahasa
Belanda.
Buku
ini berisi
sebanyak 160 halaman yang
didalamnya memuat sebanyak VI bab juga disertai dengan beberapa gambar untuk memperjelas
isi bacaan. Ukuran buku kurang lebih panjangnya 20,5 cm, lebar 14,5 cm, dan tingginya 1 cm. Buku yang kami kaji ini merupakan hasil pinjaman dari
salah satu dosen Sejarah Kolonial Barat di Indonesia yaitu Bapak Moch Eryk Kamsori,
buku ini juga merupakan referensi tugas mata kuliah tersebut.
BAB II
ISI
2.2 Tahun-Tahun Emas Gubernur Jendral
Maetsuyker (1653-1678)
Pencapaian
kedudukan Maetsuyker dalam VOC dimulai pada tahun 1636 ketika Maetsuyker sampai
di Batavia dengan memegang jabatan sebagai Penasihat Dewan Kehakiman, tugasnya
adalah mengkodifikasi kumpulan undang-undang yang berlaku yang diberi nama
Undang-Undang Batavia. Dia diangkat menjadi Direktur Jendral di Batavia pada
bulan Okober 1650 dan selanjutnya dengan meninggalnya Gubernur Jendral Cornelis
Reyniersz dia diangkat oleh Heren XVII
menjadi Gubernur Jendral pada bulan Mei 1653 dengan alasan bahwa Maetsuyker
dianggap sebagai seorang yang bijaksana dan berani sehingga Heren XVII memberikan dukungan penuh sampai dia meninggal Apa pun kegagalan-kegagalan
pribadinya, di mata Heren XVII kecakapan administratif dan birokrasi
Maetsuyker bisa menutupi semua kegagalan pribadinya tersebut.
Pada sejarah kepemimpinan VOC, Metsuyker merupakan
Gubernur Jendral yang berkuasa paling lama yaitu 25 tahun. Boxer menggambarkan
bahwa VOC memiliki lebih dari 140 kapal dan 25.000 orang tercantum dalam daftar
gaji pada tahun 1664 sehingga dapat dikatakan masa jabatan Maetsuyker
berbarengan dengan tahun-tahun emas dan berwibawa dari VOC.
Banyak peristiwa yang terjadi selama masa jabatan Maetsuyker, berakhir
permusuhan dengan orang-orang Portugis dan Inggris. Namun peristiwa ini ternyata menguntungkan bagi VOC.
Maetsuyker berhasil merebut Srilanka dan Malabar dari Portugis pada tahun
1653-1663 dengan bantuan serdadunya yaitu Rijckloff van Goens, ada beberapa
pertahanan Portugis yang melakukan perlawanan yang kuat, termasuk Colombo (1655-1656)
dan Cochin (1662-1663), namun pada daerah lainnya dapat dengan mudah
dijatuhkan. Faktor kekalahan Portugis dalam bidang militer
sebenarnya terletak pada orang Portugis itu sendiri, mereka kekurangan
tenaga kerja, kapal, dan sumber-sumber bantuan. Selain itu Portugis tidak
disiplin dan lalai dalam mengambil kesempatan-kesempatan yang mereka miliki
akibatnya Belanda memanfaatkan kelalaian mereka sehingga dengan mudah mengambil
alih kesempatan yang ada. Perjuangan yang lama antara Portugis dan Belanda
berakhir dengan keuntungan bagi Belanda. Walaupun sebagian pedagang Portugis
masih terdapat di Timor, Solor dan Flores akan tetapi hal ini bukanlah ancaman
besar bagi perluasan kekuasaan VOC di Indonesia.
Ketiga
perang Inggris-Belanda pada tahun 1652-1654, 1665-1667, dan 1672-1674 berakhir
dengan kemenangan bagi Belanda, namun Belanda harus
kehilangan pulau St. Helena pada tahun 1673. Selanjutnya Maetsuyker menaklukan
Makassar pada tahun 1667 dengan bantuan serdadunya
yaitu Cornelis Speelman dimana dia adalah teman pribadi Arung Palaka, dengan
pendudukan VOC atas Makassar ditutuplah jalan terobos utama yang biasa dipakai
untuk menyelundupkan cengkeh oleh orang Portugis, Inggris dan Denmark. Pada
tahun 1674 Belanda secara istimewa berhasil mengukuhkan pulau Banda sehingga
Belanda bisa memonopoli harga pala. Datang ancaman baru dari
angkatan laut Perancis pada tahun 1672-1676. namun Belanda
dapat memukul mundur mereka.
Dalam Bab ini Boxer menjelaskan adanya upaya Maetsuyker
untuk memasukkan sistem pendidikan yang lebih baik yang diperuntukkan bagi
anak-anak Belanda di Batavia namun akhirnya gagal karena langkanya sekolah yang
cukup baik dan kurangnya jumlah rohaniawan yang bisa secara intensif menemani
dan bergaul dengan anak-anak setiap harinya. Selanjutnya Maetsuyker mendirikan
percetakan di Batavia pada tahun 1668, hasil dari percetakan ini adalah
karya-karya yang dianggap dapat menunjang anak-anak menjadi seorang yang
berpendidikan, contohnya diterbitkannya dua buku pelajaran sekolah latin yaitu De Fabels van Aesoop (Fabel-Fabel
Aesoop) dan Zeede-Sangen voor de
Bataviasche Jongkheijt (Nyanyian Akhlak untuk Remaja Batavia) oleh Steendam
pada tahun 1671.
Satu-satunya kemerosotan pada masa jabatan Maetsuyker adalah ketika Kongxinga merebut
benteng Zeelandia dan Formosa
dari Belanda pada tahun 1661-1662. Maetsuyker tidak bisa terbebas dari
kesalahan besar yg telah dia perbuat, namun ia masih bisa menghindar dengan cara mengkambing
hitamkan Frederick Coyet yaitu gubernur
VOC terakhir di Formosa, padahal Coyetlah yang memperingatkan
Maetsuyker tentang bahaya yang ditimbulkan oleh Kongxinga namun Maetsuyker dan
dewan di Batavia sama sekali tidak menanggapi peringatan tersebut. Karena itulah Coyet divonis hukum mati namun diperingan
dengan hukuman pengasingan ke pulau Banda atau Pulo Ay. Dengan bantuan Willem
III ia dibebaskan dan membuat sebuah pembelaan, sayangnya kehilangan Formosa
bukan lagi hal yang diperhatikan oleh Heren
XVII karena Formosi tidak lagi menguntungkan bagi mereka.
Walaupun VOC belumlah merupakan kekuasaan teritorial yang
besar di Asia pada waktu meninggalnya Maetsuyker pada tahun 1678, namun ia
telah berhasil menguasai Jawa, Srilanka dan Afrika Selatan.
2.3
Keseimbangan Perang dan Perdagangan yang Beralih (1680-1740)
Seratus tahun setelah berdirinya VOC pada tahun 1702, VOC
bahkan sudah menghasilkan pelah mendapatkan keuntungan secara ekonomi dan pertambahan
kekuasaan wilayah-wilayah jajahannya. Herren xviii
merayakan hari jadi yang ke seratus ini dengan bahagia
baik dalam rohani dan jasmani. Penampilan luar VOC
adalah Loffelycke Compagnie (Kompeni
yang terpuji) yang sebelumnya tidak pernah makmur namun demikian kuat.
Kesejahteraan niaganya dibuktikan dengan tibanya tujuh belas buah kapal Hindia
dengan muatan yang banyak, namun bersamaan dengan perang yang baru pecah dengan
Perancis dan Spanyol. Medali-medali yang terbuat dari emas dan perak akhirnya
dibuat sebagai peringatan, untuk kemudian dibbagikan kekalangan pengurus dan pejabat
senior pemegang saham yang terkemuka. Medali ini menggambarkan Loffelycke Compagnie berlatarkan patung yang bertahta agung di
bagian depan bagaikan sebuah kapal dagang yang berlayar melalui tiang-tiang
Hercules di bagian belakang, ditambah dengan inskripsi bahasa latin yang
sesuai.
Sebelum tahun 1702 sebenarnya VOC telah mulai
mengalami kemunduran kualitas baik kualitas kapal-kapal maupun anggota awak
kapal/pelaut.
1. Dividen-dividen tahunan yang berlebihan
dan kapal-kapal Hindia yang kaya dengan muatan namun berbeda dengan struktur
kompeni yang digerogoti.
2. Sementara kapal Hindia Pon pada umumnya
24 pon, kapal-kapal abad ke delapan belas terutama bersenjatakan 18 pond atau
dibawahnya. Kapal-kapal ukurannya besar namun kurang bisa digerakkan.
Gubernur
Jenderal Camphuis dan dewannya di Batavia memberikan pendapat kepada Heren XVII (10 Des 1690) bahwa telah
terjadi penurunan kualitas mutu kapal Hindia-Belanda yang kembali selama dekade
terakhir. Selain itu galangan-galangan yang di negeri Belanda tidak memperbaiki
kapal-kapal dengan baik. Empat belas tahun kemudian, para penguasa di Batavia
memberitahukan kepada Heren XVII bahwa sementara dalam tahun 1647 VOC
memiliki 124 kapal, besar dan kecil di Asia dan berkurang sehingga menjadi 81
kapal dalam tahun 1704.
Penurunan
kualitas awak kapal/pelaut juga terjadi karena pada saat itu jumlah anggota
awak kapal belanda sangat kurang sehingga menimbulkan masalah, bukan hanya itu
rekrutmen awak kapal dengan melibatkan warga asing tidak sesuai ekpektasi karena
nama yang didaftarkan tidak sesuai dengan orang yang menjadi anggota karena di
manipulasi datanya.
beberapa
tahun sebelumnya Heren XVII telah
memberi peringatan akan praktek para calo yang merekrut pelaut untuk masuk
dinas kompeni. Persyaratannya yaitu: dengan memajukan orang yang fisiknya tegap
tetapi didaftarkan dengan nama lain, lalu diganti orang dengan nama aslinya
tapi tubuhnya kurus kering dan loyo (13 Feb 1679). Para perwira pun dari armada
tujuh kapal yang kembali pulang dalam bulan Maret 1683 tidak bebas dari
cacat-cacat, diantaranya kebiasaan minum dan mabuk-mabukan, turun kedarat tanpa
izin , melalaikan tugas di kapal dan kesalahan-kesalahan yang serupa.
Professor Milo dalam tahun 1946 menyatakan bahwa
prestasi mengecewakan dari kapal-kapal VOC dan para nakodanya terhadap eskader
Prancis jauh lebih kecil namun pelyanan lebih baik dalam tahun 1696 jelas
membuktikan bahwa norma mulai dilupakan, Kapal-kapal EIC melayani rute pergi
dan pulang lebih cepat dibanding kapal Belanda, sehingga disebut angka
kematiannya lebih rendah. Angka kematian pihak Belanda mungkin akan lebih buruk
lagi karena kapal-kapal mereka tidak teratur singgah di Tanjung Harapan , lalu
di penginapan laut Hindia awak kapal terserang penyakit skorbut yaitu sariawan usus, baik pada perjalanan pergi maupun
pulang, dipulihkan kesehatannya dengan sayur dan buah-buahan yang segar.Pada
dekade yang sebelumnya, ikatan-ikatan disiplin menjadi longgar diakibatkan oleh
kapal karam. Maka para perwira pun kehilangan kendali atas anak buah
mereka.Dalam bulan November di Batavia kandas di karang Paracells lepas dari
pantai Vietnam.
Nicholaus de Graaf melukiskan suatu pesta tahun baru
yang diadakan di geladak kapal VOC Naaldwijk
pergi ke Makau pada tanggal 1 Januari 1685 disana mereka meminum minuman keras,
lalu menari dan berjingkrak-jingkrak hingga mereka lelah apalagi sedang mabuk.
Bukan hanya VOC yang menggemari hal tersebut ternyata EIC kelihatan menyukai
pula arak buatan Cina.Walaupun Belanda dan Inggris bersekutu terhadap Prancis
di Eropa sejak tahun 1689, persaingan perdagangan di timur masih berlanjut.
Namun sebelum masa ini, keluhan-keluhan utama datang dari orang Inggris,
kira-kira pada tahun 1680 karena Belanda adalah musuh dalam selimut. Dalam
suatu ledakan Heren XVII dalam bulan Desember
1688, adanya agresi Inggris dan tindakan sewenang-wenang telah menjadi hal yang
tak bisa dibiarkan. Mereka juga mengeluh, bahwa di Batavia sekalipun, mereka
mengharapkan diterima, tindakan mereka seolah-olah mereka memiliki tenpat itu,
dengan menghina dan menghasut pejabat-pejabat maupun warga kota, tanpa
memperdulikan kedaulatan Belanda.
Awal permusuhan antara abdi-abdi VOC dan EIC bermula
dari dikuasainya Banten oleh Belanda dalam tahun 1682, yang segera disusul oleh
pengusiran pedagang Inggris, Demark dan Portugis yang bermukim disana, persis
yang terjadi di Makassar. Heren XVII
mengharapkan bahwa dengan didirikan suatu EIC yang baru dapat bersaing dengan
EIC yang lama, hal ini bisa jadi menjadi penghambat bagai perdagang Asia dan
Inggris pada umumnya. Namun, mereka salah perhitungan dalam tahun 1701 kedua
maskapai Inggris yang bersaingan ini memiliki
60 kapal dalam pelayaran mereka. Persaingan ini mematikan dan
selanjutnya tidak lama adanya, karena antara tahun 1702 dan 1709 kedua maskapai
dagang itu bergabung.
Para penyeludup Inggris atau pedagang pedalaman
terus berkembang. Ekspor emas dan perak pun diadakan karena dari Inggris ke
Asia melewati tanjung Harapan antara 1698 sampai 1803 seluruhnya berjumlah
3.171.404 poundsterling perak dan 128.229 poundsterling emas. Nilai re-ekspor
ke Eropa dan Amerika dua kali lipat lebih daripada nilai emas dan perak
sebelumnya, seperti dinyatakan oleh dua juru bicara maskapai yang bersaingan
kepada para pengecam perdagangan yang banyak jumlahya dan bersikap bermusuhan.
Kerajinan India tahun 1690-an telah membanjiri
Inggris dengan begitu banyak ekspor dari Asia lainmua, hingga industri wol yang
penting menjadi sangat terpukul. Sesudah perbedaan yang sengit dalam parlemen
pula ada juga para penenun yang turun kejalan dan menimbulkan keributan.
Akhirnya munculah undang-undang dalam tahun 1699 yang menetapkan bahwa sejak
hari St.Mikael (29 September 1701) semua yang berhubungan dengan kerajinan
tekstil harus ditumpuk di gudang-gudang sampai pada saat akan di re-ekspor
sehingga tidak ada dari barang-barang tersebut yang digunakan sebagai pakaian atau
hiasan di Inggris, dengan ancaman akan disita atau dekenakan denda tinggi.
Dalam tahun 1697, VOC mengimpor dari Asia
barang-barang seharga beli 5.4 juta gulden. Dari jumlah ini, Bengala memberikan
tidak kurang dari sepertiga, setengahnya terdiri dari sutera dan katun Bengala.
Para penenun dan industrialis tekstil Belanda tidak memiliki cara yang efektif
dalam hal ini untuk mengendalikannya.Tidak ada pembatasan-pembatasan hukum yang
dikenakan terhadap penggunaan kain dan tektil timur di negeri Belanda Utara.
Tetapa oleh EIC yang sama halnya VOC yang bisa besar-besaran mengimpor dari
timur. Entah dire-ekspor dari Amsterdam entah dari London akhirnya
barang-barang ini disebarkan ke seluruh Eropa.
Peralihan yang menentukan dalam sifat ekspor-ekspor
ke Eropa lewat tanjung Harapan terjadai dalam masa 1680 -1690. VOC dan EIC
tidak lagi memusatkan diri pada bahan-bahan mentah (seperti merica, nila dan
rempah-rempah) dan barang-barang kasar, tetapi pada tekstil-tekstil dan buatan
pabrik yang lebih halus dan kain-kain tenunan. Kamar dagang Amsterdam dari VOC,
yang menanggulangi setengah lebih impor barang-barang potongan kompeni.Terlihat
bila mana nilainya naik malahan lebih daripada kuantitasnya. Hal ini disebut gila India di Eropa pada abad ke-17, meskipun berbeda
bentuknya. Sutera dan tekstil Cina memainkan peranan, namun tekanan utama dan
yang kian bertambah terletak pada teh dan porselin, lebih khususnya pada teh.
Perdagangan di Cina merupakan tujuan pokok bagi VOC dan EIC, karena mereka
ingin bersaing dengan orang Portugis di Makau dan orang Spanyol di Manila dalam
menyadap harta kekayaan kerajaan Cina. Yang semarak.
Penaklukan oleh Manchu, yang mulai menjadi gangguan
yang cukup hebat pada tahun1644, lalu didahului oleh pemberontakan tani
besar-besaran, dan disertai ole pembunuhan.Para pesaing Eropa ini tidak
terbatas pada orang dan orang Prancis, tetapi dalamnya termasuk juga sekumpulan
campuran macam-macam orang yang dikenal sebagai orang Ostende. Maskapai Hindia
timur kerajaan di Ostende dilindungi oleh kaisar Austria Karel VI, dan dalam
abdi-abdinya termasuk orang Belanda, Inggris, Skot dan Ir yang membelot dan menyelundup.
Kegiatan mereka terutama Bengala dan Cina, menimbulkan amarah EIC dan VOC
akhirnya pengurusnya mengajak pemerintah masing-masing melalui kegiatan
diplomatik dan bersekongkol menghadapi saingan-saingannya yang tidak disukai
ini. Akhirnya pada tahun1727 kegiatan maskapai Ostende dihentikan lalu
dibubarkan 1731-1732.
Sesungguhnya, pergundikan jadi kebiasaan umum bagi semua orang Eropa yang tidak menikah
dengan orang Timur dan bagi banyak pria yang sudah menikah di antara Goa dan
Portugis di Batavia lalu dikecamlah oleh orang Belanda. Nicholaus de Graaf
kebanyakan hal yang melakukan itu adalah orang yang peramah dan toleran,
melampiaskan prasangka rasialnya ketika ia mencela gadis berkulit berwarna yang
sempat menikah dengan orang serdadu, pelaut, atau pekerja tangan Eropa dengan
mengatakan mereka sebagai orang hitam yang bau, dan Pernikahan yang sah
demikian bukan dikenal dilingkungan masyarakat yang lebih tinggi, seperti nyata
dari suatu penelitian tentang daftar-daftar pernikahan Batavia.
Dalam tahun 1729, Pieter Vuyst mengatakan bahwa
kelahiran Indo-Eropa, didirikan di Leiden dan bekas Gubernur Srilangka di Batavia
saat dihukum mati. Masa pemerintahannya selama tiga tahun di pulau itu
berlangsung dengan kekejaman dan pembunuhan atas puluhan orang. Demikian pada
waktu itu gemar menyebut pulau itu, kesultanan banten pada tahun 1682-1684
dibawah penguasaan VOC, dan para pedagang Eropa yang bermukim disana diusir.
Tapi Inggris masih tetap terlibat disana. EIC akhirnya sudah mendapat jalan
masuk de daerah-daerah penghasil merica di Sumatera dari markas besarnya di
Benteng Marlbrough, Bengkulu (1684). Inggris akhirnya bisa mengimpor merica ke
London pada tahun 1736, kompeni sama banyaknya dengan yang diterima oleh
Kompeni Belanda dari seluruh Indonesia.
Kepentingan sesungguhnya dari penaklukan kota Banten
oleh VOC adalah bahwa hal ini mencekik pembangunan armada dagang pribumi, yang
diusahakan oleh Sultan membangunnya dengan bantuan armada dagang pribumi, yang
dibantu oleh pedagang dan pelaut Eropa. Keterlibatan Belanda dalam
urusan-urusan kesultananMataram mencapai tahapanya yang kritis pada tahun 1740.
Dengan itu terungkap pula segi kelemahan senjata militer Kompeni, dibandngkan
dengan masa Rijckloff van Goens yang tua, dan Cornelis Speelman, Francois Valentjn
yang sangat bertentangan dengan kehendaknya sendiri menyertai suatu ekspedisi
militer sebagai pendeta melawan tentara Surapati di Jawa timur 1706. Merasa
muak akan komposisi pasukan yang lamban ini, yang teridiri dari ratusan orang
serdadu dan orang Madura, rombongan gadis dan penari gunik serta
kelompok-kelompok pengangkat barang dan pengikut-pengikut semuanya melimpahkan
anggur bir dari Belanda kepada mereka, tetapi yang sangat kurang dari semuanya
adalah air minum yang bagus. Belanda tidak secara konsekuen melaksanakan
politik divide et impere di Mataram
seperti yang dilakukan di Tidore, tetapi percekcokan dalam negeri antara
keluarga-keluarga kerjaan membuat setiap usaha untuk mengkukuhkan Sultan
menjadi lenuyap dan khayal.
Keruntuhan Mataram terjadi selama masa pemerintahan
Susuhunan Paku Buwono II (1726-1749) yang penuh dengan kesulitan dan
pemberontakan orang Cina 1740 merupakan katalisator untuk itu.Imigrasi orang
Cina secara ilegal makin bertambah selama empat dasawarsa pertama dari abad ke
delapan belas, sementara pemerintah Batavia mengambil sikap ragu terhadap orang
Cina. Di satu pihak mereka merupakan tenaga kerja yang rajin dan terampil.
Dipihak lain mereka sebagai pedagang, peminjam uang dan pemilik toko, mereka
menghisap atau dituduh penghisap oleh masyarakat kulit putih, Indo-Eropa dan
pribumi yang lebih miskin. Tidak disangkal, bahwa terdapat unsur kriminal di
dalam kalangan imigran ilegal, barangkali bukan merupakan nsur besar namn
adajuga dalam bulan Juli 1740 pemerintah melakukan upaya yang kurang bijaksana
untuk mengumpulkan semua imigran ilegal dan orang-orang lain yang tidak
diinginkan dengan tujuan untuk membuang mereka ke Srilangka atau ke Tanjung
Harapan. Gerakan ini tidak menambah kecurigaan antara orang Cina dan orang
Belanda sekitarnya, dimana pengangguran meluas, desas-desus yang tidak
menyenangkan beredar, yang menbambah ketegangan dan kegelisahan sehingga
bebrapa orang Cina menyebrang di daerah sekitarnya segera bangkit berontak
dalam minggu kedua bulan Oktober. Perisriwa ini lalu mengakibatkan dibunuhnya
secara besar-besaran penduduk Cina yang damai dan patuh kepada aturan di
Batavia.
Pasukan Militar VOC tidak menunjukkan peranan yang
hebat dalam perang tahun 1740-1743.
Demikian pula dapat dikatakan tentang penampilan mereka di Srilanka, adanya
perang perbatasan sebentar berlangsung dengan kerajaan dalam Kandiy dalam tahun
1730-an yang umumnya menguntungkan . Demikian pula, pada tangal 10 Agustus
1741, Martanda Varma raja tempura Colachel, sehingga VOC terpaksa membuang gagasan
untuk mendesakkan monopoli merica di Malabar. Keadaan di persatuan
Provinsi-provinsi Belanda selama dasawarsa keempat abad kedelapan belas juga
tidak sangat meyakinkan. Skandal seks sodomi (dengan hewan) yang meanda dari
tahun 1730 dan 1740, bencana-bencana banjir dalam tahun 1731,
kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh cacing kapal yang bersarang di
tiang-tiang penyangga bendungan-bendungan, dan misum dingin yang dahsyat dalam
tahun 1739-1740.
Semua faktor ini bergabung menjadikan dasawarsa ini
posisi keuangan VOC menjadi makin gawat sesudah tahun politik keuangan VOC jadi
semakin gawat sesudah tahun1736, dengan pinjaman-pinjaman yang berat guna
mempertahankan politik kebijakan dividen tahunannya yang tinggi, dan untuk
membayar perlengkapan-perlengkapan tahunan armada Hindia, Kendatipun ada rasa
bangga dan optimisme yang yang dinyatakan dalam inskripsi pada medali
peringatan tahun 1702, tiga puluh tahun kemudian VOC menempuh jalan turun,
secara bangga dan optimisme yang dinyatakan turun secara ekonomis dan militer.
2.4 Runtuh Lantaran Korupsi ? (1741-1799)
Pada
pembahasan bab terakhir ini adalah keruntuhan VOC. VOC sering dikatakan runtuh
karena korupsi yang dilakukan oleh para pegawainya. Dalam buku ini dijelaskan
berbagai sebab keruntuhan VOC yang ternyata kebanyakan dilakukan oleh para
pegawainya, termasuk korupsi. Didalamnya juga banyak terdapat pendapat para
tokoh yang telah mengkaji mengenai VOC. Oleh karena itu dalam buku ini
diterangkan keruntuhan VOC dengan rinci serta kejdian yang mengiringinya.
J.C Van
Leur dan W. Coolhas meyakinkan dan mengemukakan bahwa korupsi bukanlah sebab
utama keruntuhan dan kejatuhan kompeni. Nyatanya korupsi adalah hal utama yang
memang menajdi sebab kejatuhan VOC. Mereka mengatakan bahwa pada masa itu EIC
yaitu kongsi dagang milik Inggris juga sedang dilanda korupsi yang sedang
berkecamuk sama hebatnya dengan VOC. Ditambah lagi dengan penyuapan dan
korupsi, patronase dan main pengaruh yang dianggap sebagai kenyataan hidup
dalam rezim lama dan sama sekali tidak punah. Hal-hal tersebut sangat berkaitan
dengan kejatuhan VOC oleh anggotanya sendiri.
Pieter
Van Dam yang hampir lima puluh tahun berpengalaman dalam administrasi dan
bidang keuangan Kompeni mengakui dalam Beschrijving (penjelasan) yang disusun
secara rahasia untuk dibaca oleh Heren XVII mengatakan bahwa para abdi kompeni
harus berusaha hidup dalam gaji mereka yang sangat terbatas. Para abdi mereka
juga memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi dan bisa saja gaji mereka sebagai
pegawai VOC tidak mencukupi itu. Keadaan ini mendorong seseorang menutup mata
dalam menjalankan tugasnya. Hal seperti ini menyebabkan seseorang melakukan
korupsi untuk memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi perlakuan korupsi diantara
anggotanya itu terbagi dalam beberapa level. Tergantung dari tingkat berat atau
tidaknya korupsi yang dilakukan.
Korupsi
yang dilakukan oleh kompeni-kompeni kecil dan instasi bawahan VOC adalah dengan
melakukan penyogokan dan pemerasan. Ini tergolong korupsi kasar dan jauh
jangkauannya. Akan tetapi parapejabat VOC melakukan korupsi dengan
menyelundupkan barang-barang daganya secara illegal untuk diangkut dalam kapal
angkut barang kompeni sendiri. Dengan
kata lain para pejabat VOC dengan pintarnya mengelabui majikan mereka sendiri
untuk menumpuk keuntungan dan kekayaan. Bahkan sebagaian besar Gubernur
Jenderal berhenti dari jabatannya sebagai orang kaya raya. Yang pasti kekayaan
itu bukan dari tabungan mereka.
Dalam
buku ini diterangkan bahwa selain korupsi, penyelundupan barang juga salah satu
sebab yang menyebabkan runtuhnya VOC. Banyak dari para pegawai tingginya yang
melakukan penyelundupan barang bersama barang dagang yang memang seharusnya.
Hal ini seperti hal yang lumrah bagi para petinggi VOC. Kegiatan ini bisa
menajdi senjata dalam menimbun kekayaan seperti yang dituliskan diatas. Dengan
penyelundupan ini mereka seperti membangun usaha sendiri.
Penyebab
selanjutnya berasal dari perekrutan pegawai dari VOC sendiri. Nyatanya
pemilihan pegawai mereka sendiri bukan berdasarkan pada kemampuan, prakarsa,
atau pengalaman yang memadai. Akan tetapi pemilihan adalah berlangsung
berdasarkan pengaruh orang tertentu, patronase, hubungan keluarga dan
senioritas. Hal ini sudah tercantum dalam perjanjian-perjanjian yang bersifat
mengikat berdasarkan hukum dimana ditentukan bahwa keluarga setempat yang
berpengaruhlah yang secara sepakat untuk secara bergantian dari masing-masing
pihak menentukan calon untuk jabatan-jabatan lokal dan provinsi yang memang
kosong. Tentu saja hal ini membatasi pelaksanaan patronase pada
kelompok-kelompok oligarki yang relative kecil dan hal ini juga tentulah
menjadi rintangan bagi mobilitas sosial untuk bergerak naik. Atas dasar itulah
dianggap aneh apabila mereka Heren XVII dan Mahkamah Pengurus mengeluh akan
ketidakmampuan, korupsi dan ketidakjujuran yang dilakukan oleh para abdinya di
Timur.
Sebab
lainnya disampaikan oleh J.C Van Leur bahwa penyebab yang penting dari
runtuhnya VOC adalah sebab lemahnya angkatan laut. Hal ini terjadi karena
tingginya angka kematian di kapal-kapal yang disebabkan oleh penyakit yang
menjadi akut dalam perempat akhir abad ke delapan belas. Tidak ada dokter yang
dapat menjelaskan gejala penyakit ini secra detail, walau penyakit itpus kapal
dianggap berhubungan. Karena hal ini mereka kekurangan tenaga pelaut yang
terampil. Akibatnya para calom kompeni merekrut orang yang lemah fisik dan
kadang-kadang sakit. hal inilah yang menajdi ratapan dan keluhan tentang pelaut
yang tidak berpengalaman yang keluar selama seabad lamanya.
Kemerosotan mutu awak kapal VOC
dimungkinkan adanya hubungan dengan banyaknya kapal karam terutama dalam
kalangan kapal Hindia Belanda yang berlayar dari Texel yaitu kapal Amsterdam
dan Akerendam karam dalam perjalanan dikarenakan Bandai. Dalam kapal ini juga
terdapat ribuan mata uang perak dan mata uang emas yang berasal dari bangsa
lain,hal ini menunjukan bahwa pihak VOC sangat sering melakukan hubungan dengan
Negara atau pihak lain.
Beberapa peristiwa yang terjadi di asia
yang menyebabkan ke merosotan VOC di Asia menjadi pembahasan di negri Belanda,
mengenai apa yang harus atau dapat dilakukan untuk memperbaiki. Para pembela
kompeni menyatakan bahwa kerugiannya sudah muali berkurang. Mereka mengatakan,
bahwa hutang ini sebenarnya bisa dihilangkan bila VOC tidak terlibat dalam
perang Belanda-Inggris yang membawa bencana yang berlangsung pada 1780-1783.
Dengan pulihnya keamanan, VOC dapat kembali kepada politikyang terdahulu
seperti pinjaman-pinjaman jangka pendek.
Dalam masa ini tidak kurang
rencana-rencana dan proyek-peoyek untuk reorganisasi struktur VOC yang sedikit drastis. Tetapi tak ada satu pun
yang sebenarnya terjadi ketikaa dalam tahun 1795 sesudah serbuan
Prancis,mengubah seluruh keadaan.sesudah banyak pembahsan selanjutnya tentang
garis-garis yang lebih besar,para penyusun Konstitusi Republik dalam bula mei
1978, mengumumkan bahwa pada masa habis berlakunya Piagam Kompeni. VOC akan
segera dibubarkan dan semua utangnya dan piutangnya diambil alih oleh Negara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kritik Internal
Secara internal, menurut kajian kelompok kami kelemahan
buku ini terdapat pada pemaparan materinya. Sebelum diterjemahkan dalam bahasa Indonesia buku ini sebenarnya
berbahasa Inggris, setelah itu barulah diterjemahkan kedalam bahasa Belanda, sampai
kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia melalui buku dengan bahasa Inggri.
Setelah diterjemahkan dapat diketahui bahwanya bahasa yang digunakan dalam buku
ini cukup sulit untuk dipahami. Dalam prakteknya jika membaca buku ini pembaca
perlu untuk memahami dan menangkap secara tepat materi yang berusaha
disampaikan oleh penulis. Penggunaan sturktur kalimat yang kurang sempurna
dengan karya penulisan yang berlaku saat ini menjadi salah satu penyebab
sulitnya buku ini dipahami oleh pembaca.
Selain
struktur penulisan, penyampaian
peristiwa oleh penulis dan gaya penulisan dinilai kurang kronologis sehingga menyebabkan pembaca mengalami kesulitan dalam memahami dan
mengikuti alur peristiwa yang disampaikan. Sebagai penulis buku sejarah,
seharusnya penulis bisa menyampaikan atau menjelaskan materi dari tiap bab secara berurutan atau
kronologis, sehingga pembaca tidak
merasa kebingungan dalam memahami buku ini dan memang seharusnya penulis buku
sejarah menuliskan sejarah secara kronologis.
3.2 Kritik Eksternal
Jika dikritik secara eksternal, buku ini memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama yang
bisa dilihat adalah dari bentuk
luar atau fisik dari buku ini sudah rapuh dan hal itu bisa dilihat dari
halaman-halaman buku yang hampir terlepas. Kertas yang dipakai juga sudah
menguning dan sering berdebu. Beberapa ada yang robek dan sampulnya juga sudah
mulai terlepas. Kelemahan selanjutnya
yaitu bahwa penulis buku ini tidak memihak pada Belanda atau pun VOC. Hal itu terjadi
mungkin saja karena penulis berlatar belakang
Inggris. Sehingga cendrung tidak memihak
pada pihak Belanda ataupun Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar