Minggu, 18 Desember 2016

Media Pembelajaran Sejarah: Sosiodrama

Tema               : Romusha di Jawa Barat
Latar Tempat   : Di Jalur Kereta Stasion yang ada di Jawa Barat

Penokohan      :
a.       Aep (romusha 1)
b.      Udin (romusha 2)
c.       Ntin (romusha 3)
d.      Ajinomoto (komandan tentara Jepang)
e.       Onoichi (tentara Jepang)

Pada suatu siang yang terik, di suatu tempat kerja paksa yang berada di daerah jawa barat. Tampak tiga pekerja romusha yang sedang kelelahan setelah seharian bekerja tanpa diberi makan dan istirahat. Mereka duduk dengan santai di tanah, melepas topi dan mengipaskannya ke tubuh yang sudah dibanjiri oleh keringat.

Komandan tentara Jepang melihat mereka dan bertanya kepada bawahannya.

Ajinomoto       : “Apa yang sedang dilakukan romusha itu? Cepat suruh mereka berdiri!”
Onoichi           : “Baik, Komandan.” (Ia langsung menghampiri para romusha tersebut) “Hei siapa yang menyuruh kalian berhenti? Lanjutkan pekerjaan kalian! Atau kalian mau kami siksa?” (Ia menyodorkan senjata)

Dua dari tiga romusha tersebut berdiri dan segera memasang topi. Salah satu dari mereka sudah tidak tahan karena kelelahan.

Aep                 : “Ntin, cepat berdiri! Tentara Jepang sudah menegur kita.”
Ntin             : “Aku sudah tidak kuat lagi berdiri, perutku belum terisi sejak kemarin. Tenaga ini sudah terkuras habis.”
Onoichi           : “Kenapa kamu masih duduk saja? Ayo berdiri!” (Menarik Ntin untuk bangkit)
Ntin                 : “Maaf Tuan, saya sudah kehabisan tenaga.” (Menolak untuk berdiri)
Onoichi           : “Kau!” (menendang Ntin)

Ntin merintih kesakitan. Melihat hal tersebut Udin tidak tinggal diam, dia segera menghentikan tentara Jepang tersebut.

Udin                : “Kenapa kau memaksanya? Dia sudah tidak bisa melanjutkan pekerjaan ini!”
Onoichi           : “Kau berani melawan, ya?” (Menyodorkan senjata)
Aep dengan segera melerai dan memohon kepada tentara Jepang.
Aep               : “Jangan, Tuan. Mereka tidak bermaksud melawan, hanya saja mereka butuh istirahat sejenak karena kelelahan. Mohon jangan sakiti kami!” (memberi hormat)

Tentara Jepang tersebut memandang mereka bertiga. Tiba-tiba komanda Ajinomoto menghampiri keributan itu.

Ajinomoto       : “Ada apa ini ribut-ribut? Aku hanya menyuruhmu membuat mereka bekerja, kenapa masih diam saja?”
Onoichi           : “Maaf Komandan, mereka sulit diatur hanya ada beberapa masalah kecil. Saya akan segera menyuruh mereka kembali.”
Ajinomoto       : “Baik, kalau begitu aku serahkan kepadamu.” (Komandan lekas pergi meninggalkan mereka)
Onoichi           : “Kalian sudah membuatku dimarahi Komandan! Tidak ada alasan lagi cepat berdiri dan selesaikan pekerjaan kalian!”
Aep                 : “Terima kasih, Tuan.”

Tatapan Udin masih sinis tertuju pada tentara Jepang tersebut. Ntin yang sulit berdiri dibopong oleh Udin dan Aep menuju lokasi pekerjaan.

Udin                : “Kita tidak bisa terus seperti ini.”
Aep                 : “Maksudmu?
Udin                : “Kita Harus segera pergi dari tempat ini. Kita ajak yang lain juga.”
Ntin                 : “Bagaimana caranya? Dan akan kemana?”
Udin           : “Aku sering mengamati keadaan secara diam-diam, dari tempat ini. Ketika fajar, penjaga di dekat pagar besi sedikit jumlahnya. Kita bisa memanfaatkan hal tersebut. Setelah kabur aku tidak tahu akan kemana, yang terpenting kita keluar dari penderitaan ini!”
Aep                 : “Kau yakin bisa? Bagaimana kalau kita tertangkap?”
Udin               : “Apa salahnya sebelum mencoba? Kalau kita hati-hati pasti tidak ada yang mengetahui. Jadi, tenang saja.”
Ntin                 : “Untuk berdiri saja aku tidak mampu, apalagi berlari?”

Mereka termenung sejenak, memikirkan suatu cara yang bisa meloloskan mereka dari kerja paksa yang menyiksa.

Udin                 : “Jika kita saling bahu membahu, dan membantu satu sama lain, pasti akan berhasil.” (Memandang Ntin) “Baik untuk masalah Ntin biar aku yang membopongnya sampai kita keluar.”
Aep                 : “Baik kalau begitu aku setuju saja.”

Sesuai dengan janji, mereka bertemu ditempat yang sudah ditentukan. Mereka berjalan menuju pagar pembatas. Ketika sampai di pagar pembatas, mereka dipergoki oleh tentara Jepang.

Onoichi           : “Siapa disana?! (mengeluarkan senjata) “Apa yang kalian lakukan? Jangan mencoba kabur?”
Udin               : “Ayo cepat lari! Aep bawa Ntin bersamamu, aku akan menghadang tentara Jepang itu. Lagipula aku punya dendam dengannya.”
Ntin                 : “Tidak, kita akan keluar bersama-sama!”
Aep                 : “Sebaiknya kita lawan saja!”
Udin                : “Jangan gegabah! Kita sudah sampai sejauh ini. Ini adalah kesempatan emas untuk kalian bisa lari. Jangan hiraukan aku! Cepat!”

Dengan berat hati, Aep dan Ntin menuruti apa yang dikatakan Udin. Mereka lekas pergi dan berhasil keluar dari pagar pembatas. Sementara Udin mengeluarkan celurit dan menghampiri tentara Jepang tersebut.

Onoichi           : “Berani sekali kau rupanya!” (menembakan pistolnya ke kaki Udin)

Udin terjatuh, kakinya tertembak dan mengeluarkan banyak darah. Ia mengerang kesakitan. Tentara Jepang tersebut segera menghampiri untuk memeriksa. Udin berpura-pura tak sadarkan diri. Ketika tentara Jepang tersebut memeriksa. Udin langsung mengayunkan celuritnya mengenai tangan tentara Jepang tersebut.

Onoichi           : “Apa yang kau lakukan manusia bedebah?” (mengerang kesakitan) “aku akan membunuhmu” (segera menodongkan pistol dan menembak Udin)

Udin tewas seketika.
Esoknya, Komandan menerima laporan bahwa ada tiga orang romusha yang mencoba kabur. Dua di antaranya berhasil lolos, dan satu orang tewas di tempat. Juga ada tentara Jepang yang terluka akibat perlawanan dari romusha tersebut.

Ajinomoto       : “Sialan! Rupanya para romusha itu nekat juga!” (dia tampak geram membaca isi laporan tersebut) “Jika sampai ini diketahui oleh romusha lainnya, maka mereka juga akan melakukan hal yang sama!” (dia berdiri dari kursi kerjanya) “Aku harus lebih memperketat penjagaan agar mereka tidak bisa lolos!”

Sementara itu Aep dan Ntin terus berjalan menyusuri hutan, dan sampai di suatu kampung. Mereka beristirahat di sana dan mendapat perawatan dari penduduk. Setelah beberapa hari mereka melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman Aep di Garut. Mereka lolos dari kerja paksa tentara Jepang dengan selamat, berkat Udin yang rela mengorbankan jiwa dan raganya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar