Tema : Romusha di Jawa Barat
Latar
Tempat : Di Jalur Kereta Stasion yang
ada di Jawa Barat
Penokohan :
a. Aep (romusha 1)
b. Udin (romusha 2)
c. Ntin (romusha 3)
d. Ajinomoto (komandan tentara Jepang)
e. Onoichi (tentara Jepang)
Pada
suatu siang yang terik, di suatu tempat kerja paksa yang berada di daerah jawa
barat. Tampak tiga pekerja romusha yang sedang kelelahan setelah seharian
bekerja tanpa diberi makan dan istirahat. Mereka duduk dengan santai di tanah,
melepas topi dan mengipaskannya ke tubuh yang sudah dibanjiri oleh keringat.
Komandan
tentara Jepang melihat mereka dan bertanya kepada bawahannya.
Ajinomoto : “Apa yang sedang dilakukan romusha itu? Cepat suruh mereka
berdiri!”
Onoichi : “Baik, Komandan.” (Ia langsung menghampiri para romusha
tersebut) “Hei siapa yang menyuruh kalian berhenti? Lanjutkan pekerjaan kalian!
Atau kalian mau kami siksa?” (Ia menyodorkan senjata)
Dua
dari tiga romusha tersebut berdiri dan segera memasang topi. Salah satu dari
mereka sudah tidak tahan karena kelelahan.
Aep : “Ntin, cepat berdiri! Tentara
Jepang sudah menegur kita.”
Ntin : “Aku sudah tidak kuat lagi berdiri, perutku belum
terisi sejak kemarin. Tenaga ini sudah terkuras habis.”
Onoichi : “Kenapa kamu masih duduk saja? Ayo berdiri!” (Menarik
Ntin untuk bangkit)
Ntin : “Maaf Tuan, saya sudah kehabisan tenaga.” (Menolak
untuk berdiri)
Onoichi : “Kau!” (menendang Ntin)
Ntin
merintih kesakitan. Melihat hal tersebut Udin tidak tinggal diam, dia segera menghentikan
tentara Jepang tersebut.
Udin : “Kenapa kau memaksanya? Dia sudah tidak bisa
melanjutkan pekerjaan ini!”
Onoichi : “Kau berani melawan, ya?” (Menyodorkan senjata)
Aep dengan segera melerai dan
memohon kepada tentara Jepang.
Aep :
“Jangan, Tuan. Mereka tidak bermaksud melawan, hanya saja mereka butuh
istirahat sejenak karena kelelahan. Mohon jangan sakiti kami!” (memberi hormat)
Tentara
Jepang tersebut memandang mereka bertiga. Tiba-tiba komanda Ajinomoto
menghampiri keributan itu.
Ajinomoto : “Ada apa ini ribut-ribut? Aku hanya menyuruhmu membuat
mereka bekerja, kenapa masih diam saja?”
Onoichi : “Maaf Komandan, mereka sulit diatur hanya ada beberapa
masalah kecil. Saya akan segera menyuruh mereka kembali.”
Ajinomoto : “Baik, kalau begitu aku serahkan kepadamu.” (Komandan lekas
pergi meninggalkan mereka)
Onoichi : “Kalian sudah membuatku dimarahi Komandan! Tidak ada
alasan lagi cepat berdiri dan selesaikan pekerjaan kalian!”
Aep :
“Terima kasih, Tuan.”
Tatapan
Udin masih sinis tertuju pada tentara Jepang tersebut. Ntin yang sulit berdiri
dibopong oleh Udin dan Aep menuju lokasi pekerjaan.
Udin : “Kita tidak bisa terus seperti
ini.”
Aep : “Maksudmu?
Udin : “Kita Harus segera pergi dari tempat
ini. Kita ajak yang lain juga.”
Ntin : “Bagaimana caranya? Dan akan
kemana?”
Udin : “Aku sering mengamati keadaan secara
diam-diam, dari tempat ini. Ketika fajar, penjaga di dekat pagar besi sedikit
jumlahnya. Kita bisa memanfaatkan hal tersebut. Setelah kabur aku tidak tahu
akan kemana, yang terpenting kita keluar dari penderitaan ini!”
Aep :
“Kau yakin bisa? Bagaimana kalau kita tertangkap?”
Udin : “Apa salahnya sebelum mencoba? Kalau kita hati-hati
pasti tidak ada yang mengetahui. Jadi, tenang saja.”
Ntin : “Untuk berdiri saja aku tidak mampu, apalagi
berlari?”
Mereka
termenung sejenak, memikirkan suatu cara yang bisa meloloskan mereka dari kerja
paksa yang menyiksa.
Udin : “Jika kita saling bahu membahu, dan
membantu satu sama lain, pasti akan berhasil.” (Memandang Ntin) “Baik untuk
masalah Ntin biar aku yang membopongnya sampai kita keluar.”
Aep :
“Baik kalau begitu aku setuju saja.”
Sesuai
dengan janji, mereka bertemu ditempat yang sudah ditentukan. Mereka berjalan
menuju pagar pembatas. Ketika sampai di pagar pembatas, mereka dipergoki oleh
tentara Jepang.
Onoichi : “Siapa disana?! (mengeluarkan senjata) “Apa yang kalian
lakukan? Jangan mencoba kabur?”
Udin : “Ayo cepat lari! Aep bawa Ntin bersamamu, aku akan
menghadang tentara Jepang itu. Lagipula aku punya dendam dengannya.”
Ntin : “Tidak, kita akan keluar bersama-sama!”
Aep :
“Sebaiknya kita lawan saja!”
Udin : “Jangan gegabah! Kita sudah sampai sejauh ini. Ini
adalah kesempatan emas untuk kalian bisa lari. Jangan hiraukan aku! Cepat!”
Dengan
berat hati, Aep dan Ntin menuruti apa yang dikatakan Udin. Mereka lekas pergi
dan berhasil keluar dari pagar pembatas. Sementara Udin mengeluarkan celurit
dan menghampiri tentara Jepang tersebut.
Onoichi : “Berani sekali kau rupanya!” (menembakan pistolnya ke
kaki Udin)
Udin
terjatuh, kakinya tertembak dan mengeluarkan banyak darah. Ia mengerang
kesakitan. Tentara Jepang tersebut segera menghampiri untuk memeriksa. Udin
berpura-pura tak sadarkan diri. Ketika tentara Jepang tersebut memeriksa. Udin
langsung mengayunkan celuritnya mengenai tangan tentara Jepang tersebut.
Onoichi : “Apa yang kau lakukan manusia bedebah?” (mengerang
kesakitan) “aku akan membunuhmu” (segera menodongkan pistol dan menembak Udin)
Udin tewas seketika.
Esoknya,
Komandan menerima laporan bahwa ada tiga orang romusha yang mencoba kabur. Dua
di antaranya berhasil lolos, dan satu orang tewas di tempat. Juga ada tentara
Jepang yang terluka akibat perlawanan dari romusha tersebut.
Ajinomoto : “Sialan! Rupanya para romusha itu nekat
juga!” (dia tampak geram membaca isi laporan tersebut) “Jika sampai ini
diketahui oleh romusha lainnya, maka mereka juga akan melakukan hal yang sama!”
(dia berdiri dari kursi kerjanya) “Aku harus lebih memperketat penjagaan agar
mereka tidak bisa lolos!”
Sementara
itu Aep dan Ntin terus berjalan menyusuri hutan, dan sampai di suatu kampung.
Mereka beristirahat di sana dan mendapat perawatan dari penduduk. Setelah
beberapa hari mereka melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman Aep di
Garut. Mereka lolos dari kerja paksa tentara Jepang dengan selamat, berkat Udin
yang rela mengorbankan jiwa dan raganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar